Kota Palu
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kota Palu |
Sulawesi Sulawesi Tengah |

Pemandangan Kota Palu |

Lambang |
|
Lokasi Kota Palu di Pulau Sulawesi
|
Koordinat: 0°54′LU 119°50′BT |
Negara |
Indonesia |
Pemerintahan |
• Walikota |
Rusdi Mastura |
Populasi (2012) |
• Total |
342,754 jiwa |
• Kepadatan |
848.7/km2 (2,198/sq mi) |
Demografi |
• Suku bangsa |
Kaili, Kulawi, Pamona, Banggai, Tionghoa |
• Agama |
Islam, Kristen, Buddha, Hindu |
• Bahasa |
Indonesia, Kaili |
Zona waktu |
WITA |
Kode telepon |
+62 451 |
Kecamatan |
4 |
Desa/kelurahan |
43 |
Flora resmi |
Banga |
Fauna resmi |
Duyung |
Situs web |
http://palukota.go.id/ |
Palu adalah
Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah,
Indonesia
merupakan kota yang terletak di Sulawesi Tengah. Berbatasan dengan
Kabupaten Donggala di sebelah barat, dan abupaten Sigi-Biromaru di
sebelah selatan dan utara, Kabupaten Parigi-Moutong di sebelah timur dan
Selat Makassar di sebelah barat dan utara. Kota Palu merupakan kota
lima dimensi yang terdiri atas lembah, lautan, sungai, pegunungan, dan
teluk. Koordinatnya adalah 0,35 – 1,20 LU dan 120 – 122,90 BT. Kota Palu
dilewati oleh garis Khatulistiwa. Penduduk Kota Palu berjumlah 342.754
jiwa (
2012).
Kota Palu sekarang ini adalah bermula dari kesatuan empat kampung,
yaitu: Besusu, Tanggabanggo (Siranindi) yang sekarang bernama Kamonji,
Panggovia yang sekarang bernama Lere, dan Boyantongo yang sekarang
bernama Kelurahan Baru. Mereka membentuk satu Dewan Adat disebut
Patanggota. Salah satu tugasnya adalah memilih raja dan para pembantunya
yang erat hubungannya dengan kegiatan kerajaan. Kerajaan Palu
lama-kelamaan menjadi salah satu kerajaan yang dikenal dan sangat
berpengaruh. Itulah sebabnya Belanda mengadakan pendekatan terhadap
Kerajaan Palu. Belanda pertama kali berkunjung ke Palu pada masa
kepemimpinan Raja Maili (Mangge Risa) untuk mendapatkan perlindungan
dari Manado di tahun 1868. Pada tahun 1888, Gubernur Belanda untuk
Sulawesi bersama dengan bala tentara dan beberapa kapal tiba di Kerajaan
Palu, mereka pun menyerang Kayumalue. Setelah peristiwa perang
Kayumalue, Raja Maili terbunuh oleh pihak Belanda dan jenazahnya dibawa
ke Palu. Setelah itu ia digantikan oleh Raja Jodjokodi, pada tanggal 1
Mei 1888 Raja Jodjokodi menandatangani perjanjian pendek kepada
Pemerintah Hindia Belanda.
Sejarah
Asal usul nama kota Palu adalah kata
Topalu'e yang artinya
Tanah yang terangkat karena daerah ini awalnya lautan, karena terjadi gempa dan pergeseran lempeng (
palu koro) sehingga daerah yang tadinya lautan tersebut terangkat dan membentuk daratan lembah yang sekarang menjadi Kota Palu.
Istilah lain juga menyebutkan bahwa kata asal usul nama Kota Palu
berasal dari bahasa kaili VOLO yang berarti bambu yang tumbuh dari
daerah Tawaeli sampai di daerah sigi. Bambu sangat erat kaitannya dengan
masyarakat suku Kaili, ini dikarenakan ketergantungan masyarakat Kaili
dalam penggunaan bambu sebagai kebutuhan sehari-hari mereka. baik itu
dijadikan Bahan makanan (Rebung), Bahan bangunan (Dinding, tikar, dll),
Perlengkapan sehari hari, permainan (Tilako), serta alat musik (Lalove)
Pada awal mulanya, Kota Palu merupakan pusat pemerintahan Kerajaan
Palu. Pada masa penjajahan Belanda, Kerajaan Palu menjadi bagian dari
wilayah kekuasaan (
Onder Afdeling Palu) yang terdiri dari tiga wilayah yaitu
Landschap Palu yang mencakup distrik Palu Timur, Palu Tengah, dan Palu Barat;
Landschap Kulawi; dan
Landschap Sigi Dolo.
[1]
Pada tahun 1942, terjadi pengambilalihan kekuasaan dari Pemerintahan
Belanda kepada pihak Jepang. Di masa Perang Dunia II ini, kota Donggala
yang kala itu merupakan ibukota
Afdeling Donggala dihancurkan
oleh pasukan Sekutu maupun Jepang. Hal ini mengakibatkan pusat
pemerintahan dipindahkan ke kota Palu di tahun 1950. Saat itu, kota Palu
berkedudukan sebagai Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) setingkat wedana
dan menjadi wilayah daerah Sulawesi Tengah yang berpusat di Kabupaten
Poso sesuai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950. Kota Palu kemudian mulai
berkembang setelah dibentuknya Residen Koordinator Sulawesi Tengah Tahun
1957 yang menempatkan Kota Palu sebagai Ibukota Keresidenan.
[1]
Terbentuknya Propinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor
13 Tahun 1964, status Kota Palu sebagai ibukota ditingkatkan menjadi
Ibukota Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah. Kemudian pada tahun
1978, Kota Palu ditetapkan sebagai kota administratif berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1978. Kini, berdasarkan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1994 Kota Palu ditingkatkan statusnya
menjadi Kotamadya Palu.
[1]
Kondisi Umum
Letak Geografis
Provinsi
Sulawesi Tengah terletak di antara 2° 22’
Lintang Utara dan 4° 48’
Lintang Selatan serta 119° 22’ dan 124° 22’
Bujur Timur.
Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:
Provinsi Sulawesi Tengah yang dibentuk dengan Undang-Undang nomor 13 tahun
1964
terdiri dari wilayah daratan 68.033,00 km persegi dan wilayah lautan
189.408,00 km persegi. Secara administratif Sulawesi Tengah dibagi dalam
9 kabupaten, 1 kota madya dengan 85 kecamatan serta 1300 desa dan 132
kelurahan 91.432 desa/kelurahan.
Topografi wilayah daratan diklasifikasikan sebagai berikut:
- Lahan pertanian: 673.759 Ha (10,56%)
- Hutan lindung: 1.764.720 Ha (21,71%)
- Hutan suaka wisata: 604.780 Ha (9,49%)
- Hutan suaka tetap: 422.809 Ha (33,64%)
- Hutan produksi yang dapat dikonversi: 241.757 Ha (3,80%)
- Lahan pemukiman: 519.757 Ha (8,16%)
Berdasarkan elevasi (ketinggian) dataran di Sulawesi Tengah terdiri dari:
- 0-100 M = 20,2%
- 101-500 M = 27,2%
- 501-1000 M = 26,7%
- di atas 1001 M = 25,9%
Bentang alam Kota Palu membentang memanjang dari Timur ke Barat dengan luas wilayah 395,06 Km
2.
Secara astronomis, Kota Palu terletak pada posisi 119,45 - 121,15 BT
dan 0,36 - 0,56 LS. Secara geografis, Kota Palu berbatasan dengan daerah
sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Tawaeli dan Teluk Palu.
- Sebelah Timur dan Selatan berbatasan dengan Marawola dan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Marawola Kabupaten Sigi dan daerah Kabupaten Donggala.[1]
Dataran Kota Palu dikelilingi oleh pegunungan dan pantai. Peta ketinggian mencatat, 376,68 Km
2 (95,34%) wilayah Kota Palu berada pada ketinggian 100 - 500 mdpl dan hanya 18,38 Km
2
(46,66%) terletak di dataran yang lebih rendah. Kota Palu terletak di
bagian Utara khatulistiwa, menjadikan Kota Palu sebagai salah satu kota
tropis terkering di Indonesia dengan curah hujan kurang dari 1.000 mm
per tahun.
[1]
Jarak antara ibukota provinsi ke daerah kabupaten:
Kondisi Masyarakat
Masyarakat Kota Palu sangat heterogen. Penduduk yang menetap di kota
ini berasal dari berbagai suku bangsa seperti Bugis, Toraja dan Mandar
yang berasal dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, Gorontalo,
Manado, Jawa, Arab, Tionghoa, dan Kaili yang merupakan suku asli dan
terbesar di Sulawesi Tengah.
[2]
Kota Palu sering diasosiasikan dengan kekerasan dan konflik. Padahal,
masyarakat tidak terpengaruh oleh konflik atau bentrokan antarwarga.
Bentrokan antarwarga di Kelurahan Nunu dan Kelurahan Tavanjuka yang
sempat diberitakan di media massa tidak mempengaruhi aktivitas
masyarakat. Warga tetap beraktivitas seperti biasa.
[2]
Kondisi Ekonomi
Kota Palu saat ini juga menjadi salah kawasan ekonomi khusus (KEK) di
Indonesia bagian timur. Berbagai persiapan untuk ditetapkan Kota Palu
sebagai kawasan ekonomi khusus telah dilakukan, penyiapan lahan seluas
1.520 hektare di Kecamatan Palu Utara, yang meliputi Kelurahan
Pantoloan, Baiya, dan Lambara. Lahan seluas 1.520 hektare itu akan
dibagi menjadi kawasan industri seluas 700 hektare, kawasan perumahan
(500 hektare), kawasan pendidikan dan penelitian (100 hektare), kawasan
komersial (100 hektare), daerah olahraga (50 hektare), kawasan
pergudangan (50 hektare), kawasan perkebunan dan taman (20 hektare).
[2]
Penduduk
Tahun |
1990 |
2000 |
2010 |
Jumlah penduduk |
199.495 |
268.322 |
335.297 |
Sejarah kependudukan kota Palu
Sumber:[3] |
Pemerintahan
Kota Palu dibagi kepada 8 kecamatan dan 45 kelurahan. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah:
Walikota Palu
- Drs.H.Kisman Abdullah, Walikota Administratif Tahun 1978 - 1986
- Drs. Sahbuddin Labadjo, Walikota Adminsitratif Tahun 1986- 1994
- Rully A.Lamadjido,SH, Walikota Tahun 1994 - 2000.
- H.Baso Lamakarate, Walikota Tahun 2000 - 2005.
- H.Suardin Suebo, SE, Walikota Tahun 2005 - 2006.
- Rusdi Mastura, Walikota Tahun 2006 - sekarang
Pariwisata
Jembatan Ponulele, Palu Barat
Danau Sibili
Danau Sibili, Tawaeli
Danau Sibili merupakan danau alam yang terletak dikecamatan tawaeli,
kota palu. danau ini merupakan salah satu objek wisata kebanggaan
masyarakat tawaeli karena pemandangannya yang indah. Danau yang terletak
24 Km diutara kota Palu ini awalnya merupakan danau yang dijadikan
tempat pemancingan ikan oleh masyarakat sekitar. Tetapi, karena
seringnya pengunjung yang datang dari luar kecamatan tawaeli untuk
datang berwisata akhirnya danau ini dijadikan salah satu objek wisata
andalan dikecamatan tersebut.
Danau Sibili yang indah telah menjadi tempat wisata bagi masyarakat
sekitar maupun dari luar kota Palu. Wisata yang menjadi andalan di sini
adalah wisata Mancing dgn berbagai jenis varietas ikan seperti
Mas,Bawal,Mujair,Gabus dll. Di pinggir danau, ada sarana yang dapat
digunakan bagi Anda yang ingin menikamati keindahan danau, seperti
perahu tradisional.
Banua Mbaso (Sou Raja)
Sou Raja, Palu Barat
Souraja merupakan rumah tradisional tempat tinggal para bangsawan,
yang berdiam di pantai atau di kota. Kata Souraja dapat diartikan rumah
besar, merupakan rumah kediaman tidak resmi dari manggan atau raja
beserta keluarga-keluarganya. Rumah orang biasa atau rakyat kebanyakan
meskipun bentuk dan ukurannya sama dengan souraja.
Bangunan Souraja berbentuk rumah panggung yang ditopang sejumlah
tiang kayu balok persegi empat dari kayu keras seperti kayu ulin, bayan,
atau sejenisnya. Atapnya berbentuk piramide segitiga, bagian depan dan
belakang atapnya ditutup dengan papan yang dihiasi dengan ukiran disebut
panapiri dan pada ujung bubungan bagian depan dan belakang diletakkan
mahkota berukir disebut bangko-bangko. Seluruh bahan bangunan mulai dari
lantai, dinding balok-balok terbagi atas tiga ruangan, yaitu:
Ruang depan disebut lonta karawana yang dibiarkan kosong, berfungsi
untuk menerima tamu. Dahulu sebelum ada meja kursi, di ruangan ini
dibentangkan tikar atau onysa. Ruangan ini juga untuk tempat tidur tamu
yang menginap.
Ruangan kedua adalah ruang tengah, disebut lonta tata ugana
diperuntukkan bagi tamu keluarga serta lonta rorana yaitu ruang
belakang, berfungsi sebagai ruang makan, tapi kadang-kadang ruang makan
berada di lonta tatangana. Antara dinding dan dibuat kamar-kamar tidur.
Khusus untuk kamar tidur perempuan atau anak-anak gadis biasanya
ditempatkan di pojok belakang lonta rarana, maksudnya agar mudah diawasi
oleh orang tua. Untuk tamu perempuan dan para kenalan dekat diterima di
ruang makan.
Ruang dapur, sumur dan jamban dibuatkan bangunan tambahan atau
ruangan lain di bagian belakang rumah induk. Untuk menghubungkan rumah
induk dengan dapur atau urang avu dibuatkan jembatan beratap disebut
hambate atau bahasa bugis Jongke. Di bagian ini kadang-kadang dibuatkan
pekuntu yakni ruangan terbuka untuk berangin-angin anggota keluarga. Di
kolong dapur diberi pagar sekeliling, sedangkan di bawah rumah induk
dibiarkan terbuka dan kadang-kadang menjadi ruang kerja untuk
pertukangan, atau keperluan-keperluan lainnya. Sedangkan loteng rumah
dipergunakan untuk mentimpan benda-benda pusaka dan lain-lain.
Secara keseluruhan, bangunan Souraja cukup unik dan arsitik
lebih-lebih bila dilihat dari hiasannya berupa kaligrafi huruf Arab
tertampang pada jelusi-jelusi pintu atau jendela, atau ukiran pada
dinding, loteng, dibagian lonta-karavana, pinggira cucuran atap,
papanini, bangko-bangko dengan motif bunga-bungaan dan daun-daunan.
Semua hiasan tersebut melambangkan kesuburan, kemuliaan, keramah-tamahan
dan kesejahteraan bagi penghuninya.
Jembatan Gantung
Jembatan Gantung, Tatanga
Jembatan Gantung Merupakan jembatan penghubung dua kelurahan
dikecamatan Tatanga dan kecamatan Palu selatan yang terpisah oleh sungai
Palu. Jembatan ini adalah hasil dari kerjasama calon legislatif Pemilu
2004 dan pemerintah Kota palu yang bertujuan menghubungkan keluarga yang
telah lama terpisah.
Masjid 'Apung' Argam Bab Al Rahman
masjid terapung, Palu Barat
Masjid ini memiliki luas 121 meter persegi dan mampu menampung
sebanyak 150 orang. Masjid ini berlantai satu dengan empat menara di ke
empat sudutnya. Masjid ini sering disebut masjid apung karena posisinya
menjorok 30 meter ke laut yang seakan-akan mengapung. Panorama bentang
pegunungan dan Teluk Palu menambah keindahan bagi para jamaah maupun
wisatawan yang ingin menikmati wisata religi di Kota Palu.
[4]
Kawasan Wisata Religi Sis Al Jufrie
Masjid Al Khairat, Palu Barat
Kawasan ini terletak disepanjang jalan Sis Aljufrie kelurahan
Boyaoge, kecamatan Tatanga dan Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat.
Dijalan ini terdapat berbagai macam objek wisata belanja dan objek
wisata Religi. Objek wisata perbelanjaan yang ada disini aalah Pertokoan
Palu Plaza. disini masyarakat kota palu menjual berbagai macam kuliner,
Pakaian dan oleh - oleh. Objek wisata Religi dikawasan ini terletak
didepan pertokoan Palu plaza, yaitu Yayasan AL Khairaat Pusat yang
merupakan Organisasi Islam Terbesar di Indonesia Timur. Disana terdapat
makam Idrus Bin Salim Al Jufrie (SIS AL JUFRIE) Pendiri AL Khairaat,
Masjid AL Khairaat, Masjid Nurul Khairaat, Dan Masjid Nur Sa'adah, dan
Beberapa Sekolah berbasis islam.
Museum Sulawesi Tengah
Museum Sulawesi Tangah, Palu Barat
Museum ini adalah museum terbesar disulawesi tengah, terletak dipalu
barat. dimuseum ini terdapat berbagai macam replika baju adat dari semua
kabupaten dan kota yang ada disulawesi tengah, Sejarah mangenai
sulawesi tengah dan lain lain. yang menarik dari museum ini adalah Batu
megalith berbentuk manusia yang dibuat oleh nenek moyang suku kaili yang
berasal dari Lembah Napu yang bentuknya hampir mirip dengan batu
megalith berbentuk manusia di Pulau Paskah, Samudera pasifik.
Taman Ria
Pantai Taman Ria, Palu Barat
Taman Ria merupakan objek wisata yang terletak dikelurahan Lere, palu
barat. taman ria sangat terkenal dengan pemandangan matahari
terbenamnya yang indah. apabila anda ketaman Ria belum lengkapa rasanya
jika belum mencicipi jagung bakar, pisang gepe, dan saraba yang dijual
oleh pedagan setempat.
Makanan Khas
'
Kaledo', Kaki Lembu Donggala Kaledo merupakan sup kaki sapi
yang dimasak hingga empuk. Kuahnya yang bening memiliki rasa bumbu yang
kuat yang merupakan campuran berbagai bumbu seperti asam jawa, cabe
rawit, dan garam. Kaledo disajikan beserta dengan tulang-tulangnya. Oleh
karena itu, cara menyantapnya pun harus dengan memegang
tulang-tulangnya untuk menikmati daging-daging yang masih menempel pada
tulang-tulangnya. Kuahnya pun menyegarkan badan dengan rasa asam yang
dominan dicampur rasa pedas cabe rawit.
[5]
Uta Kelo / Sayur Kelor Uta Kelo merupakan sayur yang berbahan
dasar daun kelor. kuahnya bersantan dan gurih terbuat dari campuran
santan kelapa, daun kelor, dan biasanya dicampur dengan berbagai bahan
seperti Palola Ngura/ terong muda, Loka Ngura/ pisang muda, Pusu/
Jantung pisang, Kasubi/ Singkong, dan Lamale (Ebi).
Duo Sole / Teri Goreng Duo adalah makanan khas masyarakat kota
palu. makanan yang berbahan dasar Teri ini mempunyai rasa asin, gurih
dan pedas karena masyarakat kaili sangat terkenal dengan masakan
pedasnya. Duo terbuat dari teri yang dimasak bersama irisan bawan khas
Palu yang
Palu Mara
Bau Ngau
Transportasi
Transportasi Udara
Kota Palu mempunyai sebuah
bandara nasional, yaitu
Bandara Mutiara.
Transportasi Darat
Jembatan di Palu pada tahun 1930-an
Transportasi darat di kota Palu meliputi transportasi tradisional dan modern.
Di kota Palu sedikitnya telah beroperasi 800 minibus angkutan kota
(angkot) yang menjadi komuter utama di kota ini. Jumlah angkot di kota
ini sering kali dianggap terlalu banyak mengingat kota ini hanya
membutuhkan sekitar 500 angkot. Hal ini berarti terdapat 2 angkot untuk
seorang komuter. Biaya Rp. 4.000,- untuk orang dewasa dan Rp. 3.000,-
untuk pelajar. Uniknya, meskipun trayek angkot telah ditetapkan, setiap
angkot dapat saja mengantar penumpang ke mana saja sepanjang sopir
angkot berkenan. Satu hal lagi yang unik adalah angkot tersebut disebut
sebagai "Taksi" oleh penduduk setempat. Warna angkot ini juga hanya 1,
yaitu warna biru tua.
Moda bus hanya digunakan untuk transportasi dalam skala besar dan
tidak bersifat publik di dalam kota. Moda ini digunakan untuk mengangkut
penumpang antar kota dalam maupun lintas propinsi.
Taksi adalah komuter paling eksklusif di kota ini. Untuk menunjukkan
perbedaan dengan 'taksi' angkot, maka penduduk setempat menggunakan kata
"argo" (taksi argo) untuk menyebut komuter ini yang mengacu pada
argometer yang melengkapi setiap taksi.
Ojeg adalah moda transportasi alternatif di kota ini. Sama seperti di
kota-kota lainnya, ojeg merupakan 'taksi motor' yang selalu siap
mengantar penumpang langsung ke tujuannya dengan tarif yang sesuai
dengan jarak tempuh tujuannya. Bila di kota-kota lain para tukang ojeg
menggunakan seragam, maka di kota ini Anda mungkin akan kesulitan untuk
menemukannya karena tidak adanya baju seragam bagi para tukang ojek.
Namun, Anda bisa menemukannya di sudut-sudut perempatan jalan atau
mereka akan menawarkan jasanya langsung jika melewati Anda yang terlihat
sedang menunggu di tepi jalan.
Moda transportasi tradisional ini masih dapat dijumpai di beberapa
wilayah kota ini. Namun, wilayah peredarannya dibatasi agar tidak
memasuki pusat kota dan hanya terbatas untuk mengangkut penumpang dan
barang di sekitar lokasi pasar-pasar tradisional.
Gempa 2005
Pada tanggal
24 Januari 2005 pukul 04.10
WITA,
gempa berkekuatan 6,2 pada
Skala Richter mengguncang Palu. Pusat gempa terjadi di Kecamatan
Biromaru, Kabupaten
Donggala, 16 km arah tenggara Palu tepatnya di sekitar air panas
Desa Bora,di
kedalaman 30 km. Gempa itu berada pada 1°03′ LS - 119°99′ BT. Warga
panik dan langsung mengungsi karena takut kemungkinan adanya
tsunami seperti yang terjadi di
Aceh.
Sebagian dari mereka melarikan diri ke perbukitan dan pegunungan.
Akibatnya, satu orang meninggal, empat orang cedera dan 177 bangunan
rusak. Warga Sekitar Biromaru Malah Mengungsi didekat tempat pusat
gempa.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palu